Patofisiologi dan Pathway Sirosis Hepatis Format PDF dan Doc bisa diedit
Sekolahstikes.com
– patofisiologi dan pathway sirosis hepatis atau SH. Sirosis hati merupakan
tahap ahir proses difus fibrosis hati progresif yang di tandai oleh distorsi
arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. Secara klinis atau fungsional SH di bagi atas
: Sirosis hati kompensata dan Sirosis hati dekompensata, di sertai dengan
tanda-tanda kegagalan hepatoseluler dan hipertensi portal.
(Siti
Nurdjanah, 2014, hal: 1978)
Istilah
sirosis hati di berikan oleh Laence tahun (1819), yang berasal dari kata
Khirros yang berarti kuning (orange yellow), karena perubahan warna pada
nodule-nodule yang terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat di katakan sebagai
berikut yaitu keadaan disorganisasi yang difuse dari suatu struktur hati yang
normal akibat nodule regeneratif yang di kelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Sirosis
adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatic yang berlangsung progresif yang di tandai dengan distorsi dari
arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regenerative. (SudoyoAru,dkk 2009)
Patofisiologi dan Pathway Sirosis
Hepatis (SH)
Penyebab
Srosis Hepatis :
Secara
morfologis, penyebab sirosis hepatis tidak
dapat dipastikan. Terdapat dua penyebab yang dianggap paling
sering penyebab dari sirosis hepatis adalah:
1.
Hepatitis virus
Hepatitis
virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab chirrosis
hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun 1965
dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis , maka hal ini mempunyai
peranan yg besar untuk terjadinya nekrosa pada sel hati sehingga terjadi
chirrosisi.
2.
Zat hepatotoksik atau Alkoholisme
Patofisiologi Sirosis Hati / Sirosis Hepatis (SH)
Infeksi
hepatitis viral bertipe B dan C menimbulkan peradangan pada sel hati.
Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler),
terjadi kolaps lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa
fibrosa difus dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi
sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum
penyangga yang kolaps dan berubah jadi parut.
Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah
porta dengan sentral. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dgn
berbagai macam ukuran dan hal ini akan menyebabkan distorsi percabangan pada
pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah porta, dan akan menimbulkan
hipertensi portal. Hal ini dpt pula terjadi pd sirosis alkoholik tapi prosesnya
lebih lama.
Tahap
berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis pada sel duktules, sinusoid,
retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif.
Jaringan
kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis,
besi mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul
fibrosis daerah sentral.
Sel
limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai
mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan
nekrosis aktif. Septal aktif ini asalnya dari daerah porta dan akan menyebar ke jaringan parenkim hati.
Pathway Sirosis Hepatis (SH) atau Sirosis hati
Pemeriksaan
Penunjang
Ada
beberapa pemeriksaan penunjang untuk sirosis hepatis meliputi yaitu pemeriksaan
lab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lainnya seperti radiologi, dan
lain-lain. Perlu di ingat bahwa tidak ada pemeriksaan uji biokimia hati yang
dapat menjadi pegangan dalam menegakkan diagnosis sirosis hepatis.
1.Darah
Pada
sirosis hepatis bisa di jumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer, hipokom
mikositer. Anemia bisa akibat dari hiperplenisme (lien membesar) dengan
leukopenia dan trombositopenia (jumlah trombosit dan leukosit kurang dari nilai
normal).
2.
Kenaikan kadar enzim transminase/ SGOT, SGPT, tidak merupakan petunjuk tentang
berat dan luasnya kerusakan jaringan parenkim hepar. Kenaikan kadarnya dalam
serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami kerusakan. Peninggian
kadar gamma GT sama dengan transaminase ini lebih sensitif tetapi kurang
spesifik.
3.
Albumin
4.
Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet. Pada ensefalopati, kadar natrium (Na) kurang dari 4 meq/l
menunjukan kemungkinan terjadi syndrome hepatorenal.
5.
USG (Ultrasonografi).
6.
Pemeriksaan radiologi.
7.Tomografi
komputerisasi.
8.
Magnetic resonance imaging.
9.
Biopsi hati untuk mengkonfirmasikan diagnosis.
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://www.sekolahstikes.my.id/. Terima kasih.
Postingan Lebih Baru
Postingan Lebih Baru
Postingan Lama
Postingan Lama