Pathway dan Patofisiologi Hipetermi atau Demam Febris bisa diedit Format PDF dan Docx
Sekolahstikes.com
– pathway dan patofisiologi hipertermi. Febris / demam adalah kenaikan suhu
tubuh diatas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada
pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior (Isselbacher. 1999
).
Demam
adalah kenaikan suhu tubuh karena adanya perubahan pusat termoregulasi
hipotalamus (Berhman.1999).
Seseorang
mengalami demam bila suhu tubuhnya diatas 37,8 C (suhu oral atau aksila ) atau
suhu rektal ( Donna L. Wong, 2003 ).
Patofisiologi dan Pathway Hipertermi/
Demam febris
Substansi
yang menyebabkan demam disebut pirogen dan berasal baik eksogen maupun endogen.
Selain
pirogen latihan fisik yang berlebihan dapat menimbulkan panas, tetapi terdapat
peningkatan kompensator dalam kehilangan panas. Aliran darah melalui kulit
meningkat mengarah pada terjaidnya peningkatan suhu, kulit kehilangan panas
utama pada latihan disebabkan peningkatan sekresi dan penguapan keringat
(Sacharin, 1996 ).
Peningkatan
kecepatan dan pireksi / demam akan mengarah pada meningkatnya kehilangan cairan
dan elektrolit, padahal cairan dan elektrolit
dibutuhkan
dalam metabolisme diotak untuk menjaga keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior.
Apabila
anak defisit cairan dan elektrolit / dehidrasi , maka elektrolit- elektrolit yg
ada pada pembuluh darah berkurang padahal dlm proses metabolisme di hipotalamus
anterior membutuhkan elektrolit tersebut, sehingga kekurangan cairan dan
elektrolit mempengaruhi fungsi hipotalamus anterior, dalam mempertahankan
keseimbangan termoregulasi dan akhirnya menyebabkan demam.
Macam
Demam :
1.
Demam Persisten (menetap ).
Keadaan
demam dimana kenaikan suhunya menetap dengan variasi yang minimal
2.
Demam Intermiten.
Kenaikan
suhunya menetap dengan variasi yang sangat luas, kalau serangan demam terjadi
pada hari ke I dan II dinamakan Tertier (pada penyakit malaria ). Selebihnya
hari ke III merupakan penyakit jenis limfoma.
3.
Demam Remiten
Suhu
tubuh menurun setiap hari, tetapi tidak pernah mencapai titik normal merupakan
demam yang khas untuk penyakit TBC, penyakit virus, infeksi bakteri dan keadaan
infeksius.
Patofisiologi Hipertermi / demam
Dengan
peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan metabolisme basal. Jika
hal ini disertai dengan penurunan masukan makanan akibat anoreksia, maka
simpanan karbohidarat, protein serta lemak menurun dan metabolisme tenaga otot
dan lemak dalam tubuh cenderung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap
dari lemak, dan ini mengarah pada ketosis ( Sacharin, 1996 ).
Dengan
terjadinya peningkatan suhu, tenaga konsentrasi normal, dan pikiran logis
hilang. Jika tetap dipelihara anak akan berada dalam keadaan bingung,
pembicaraan menjadi inkoheren dan akhirnya ditambah dengan timbulnya stupor dan
koma (Sacharin, 1996 ).
Kekurangan
cairan serta elektrolit dpt mengakibatkan febris/ demam, karena cairan dan
elektrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior.
Jadi apa bila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit maka
keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior akan mengalami gangguan.
Pada
pasien febris / demam pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan, yaitu dengan
pemeriksaan darah lengkap misalnya : Hb, Ht, dan leukosit. Pada pasien febris /
demam biasanya kadar Hb akan mengalami penurunan, sedangkan Ht dan leukosit nya
akan mengalami peningkatan. LED akan meningkat pada pasien observasi febris
yang tidak diketahui penyebabnya,( pemeriksaan sputum diperlukan untuk pasien
yang menderita demam dan disertai batuk-batuk ) (Isselbacher, 1999 ).
Pathway Hipertermi atau Demam
Diagnosa
pertama yang muncul yaitu hipertermi berhubungan dengan peningkatan proses metabolik,
dehidrasi, pemajaman pada panas matahari, yang ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh dari 37.8° C peroral atau 38.8° C perektal.
Diagnosa
keperwatan kedua yang muncul yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan
dengan dehidrasi yang ditandai dengan peningkatan penguapan / evaporasi (
Doenges,2000 ).
Diagnosa
keperawatan ketiga yang muncul yaitu resiko perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan keinginan untuk makan ( anreksia )
(Carpenito,1999 ).
Diagnosa
keperawatan keempat yang muncul yaitu gangguan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan yang ditandai dengan ketidak mampuan untuk
mempertahankan rutinitas sehari – hari, meningkatnya keluhan fisik ( Carpenito,
2000; Carpenito, 1999 ).
Diagnosa
keperawatan kelima yaitu kurang pengetahuan berhubungan dngan kurangnya
informasi yang ditandai dengan mengungkapkan kurang pengetahuan atau ketermpilan
atau permintaan infomasi ( Carpenito, 2000 ).
DONASI VIA PAYPAL
Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://www.sekolahstikes.my.id/. Terima kasih.
Postingan Lebih Baru
Postingan Lebih Baru
Postingan Lama
Postingan Lama