Laporan Pendahuluan / LP Close Fraktur Clavicula 1/3 Tengah Dextra

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan  Close Fraktur Clavicula 1/3 Tengah Dextra

A.Pengertian

Fraktur atau patah tulang adalah gangguan atau terputusnya kontinuitas dari struktur tulang (Black & Hawks, 2005).
Fraktur tertutup adalah bila tidak ada hubungan patah tulang dengan dunia luar.
Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi (De Jong, 2010).
Fraktur clavicula adalah terputusnya   hubungan   tulang clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung pada posisi lengan terputus atau tertarik keluar (outstretched hand) karena trauma berlanjut dari pergelangan tangan sampai clavicula( Muttaqin, 2012).
Jadi close fraktur clavicula adalah gangguan atau terputusnya hubungan tulang clavicula yang disebabkan oleh trauma langsung  dan  tidak  langsung pada   posisi  lengan   terputus atau tertarik keluar (outstretched  hand)yang  tidak ada   hubungan   patah tulang dengan dunia luar.

B.Etiologi

Umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau aktivitas  fisik  dimana  terdapat tekanan  yang  berlebihan pada tulang.Fraktur lebih sering terjadi  pada  laki-laki  daripada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. (De Jong, 2010)
1.Trauma langsung Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang, hal tersebut akan menyebabkan fraktur pada  daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat comminuted dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan
2.Trauma tak langsung Apabila trauma di hantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, trauma tersebut disebut trauma tidak langsung, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini jaringan lunak tetap utuh.
3.Fraktur yang terjadi ketika tekanan atau tahanan  yang  menimpa tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang.
4.Arah,kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang
5.Usia penderita.
6.Kelenturan tulang dan jenis tulang.

C.Klasifikasi

Secara umum fraktur clavicula menurut Armis (2002) diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu
1.Fraktur pada sepertiga tengah clavicula (insiden kejadian 75% -80%). Pada  daerah ini  tulang lemah   dan   tipis   serta umumnya   terjadi   pada pasien muda.
2.Fraktur atau patah tulangclaviculater jadi padadistal (insiden  kejadian 15%).
3.Fraktur clavicula pada sepertiga proksimal (5% pada kejadian ini berhubungan dengan cideraneurovaskuler).

D.Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik menurut Helmi (2012) adalah keluhan nyeri pada bahu depan, adanya riwayat trauma pada  bahu  atau  jatuh  dengan posisi tangan yang tidak optimal (outstretched hand).
1.Look
yaitu pada fase awal cidera klien terlihat mengendong lengan pada dada untuk mencegah pergerakan. Suatu benjolan besar atau deformitas pada bahu depan terlihat dibawah kulit dan kadang-kadang fragmen yang tajam mengancam kulit
2.Feel
didapatkan adanya nyeri tekan pada bahu depan
3.Move
karena ketidakmampuan mengangkat bahu ke atas, keluar dan kebelakang thoraks.

E.Patofisiologi

Patofisiologi fraktur clavicula menurut Helmi (2012) adalah tulang pertama yang mengalami proses pergerasan selama perkembangan  embrio pada mingg ke lima dan enam.  Tulang clavicula,tulanghumerusbagiaproksimaldan tulang scapulabersama-sama membentuk  bahu. Tulang claviculaini membantu mengangkat bahu   ke   atas, keluar, dan kebelakang thorax. Pada  bagian proximaltulang claviculabergabung dengan sternumdisebut sebagai sambungan sternoclavicular (SC).Pada bagian distal clavicula (AC),patah tulang pada umumnya  mudah  untuk dikenali dikarenakan    tulang claviculaadalah  tulang  yang terletak dibawah kulit (subcutaneus) dan  tempatnya relatif didepan. Karena posisinya yang terletak dibawah kulit  maka  tulang  ini sangat rawan sekali untuk patah.  Patah  tulang claviculaterjadi   akibat tekanan yang kuat atau hantaman yang keras  ke  bahu. Energi tinggi yang menekan bahu ataupun pukulan langsung  pada  tulang akan menyebabkan fraktur.

F.Penatalaksanaan

Menurut Helmi (2012) penatalaksanaan  klien  dengan fraktur1/3  tengah, intervensi reduksi dilakukan.  Intervensi dengan pemasangan gendongan bahu dengan tidak menganjurkan klien melakukan abduksi lengan dapat dilakukan hingga nyeri mereda (biasanya 2-3 minggu). Sesudah itu harus dilakukan latihan bahu secara aktif, hal ini   penting terutama pada pasien.Fraktur  1/3  bagian  yang mengalami pergeseran hebat misal pada pemeriksaan yang ligamen korakoklavicularnyarobek biasanya tidak dapat direduksi  secara tertutup.  Bila dibiarkan  tanpa  terapi, fraktur tersebut akan menyebabkan deformitasdan dalam beberapa fraktur akan menimbulkan  rasa tidak  enak dan kelemahan pada bahu. Oleh karena itu terapi operasi diindikasikan melalui insisi supra clavicular,fragmen reposisi dan dipertahankan dengan fiksasi interna dan kemudian kembali ke batang clavicular.

G.Komplikasi

Komplikasi pada fraktur clavicula menurut De Jong (2010) dapat berupa
1.Komplikasi awal
a.Kerusakan arteri
b.Sindrom kompartemen
c.Fat Embolism Syndrome
d.Infeksi
e.Syok
2.Komplikasi lanjut ( De Jong,
2010)
a.Mal union
b.Non union

H.Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut De Jong (2010) yaitu
1.Laboratorium
Pada  fraktur test laboratorium yang perlu diketahui, Hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat  perdarahan, Laju endap darah (LED) meningkat
2.Radiologi
XRay dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
3.Venogram (anterogram)
mengambarkan arus vaskularisasi
4.CT Scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks
5.Rontgen yaitu untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur
6.Scan tulang atau MRI yaitu memperlihatkan fraktur dan menidentifikasi kerusakan jaringan lunak
I.Fokus Intervensi
Adapun asuhan keperawatan diuraikan mulai daripengkajian,diagnosa keperawatan  dan  rencana dan Implementasi keperawatan.(Muttaqin, 2012)

1.Pengkajian

a.Anamnesis
Riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial spiritual, pola hubungan dan peran, pola persepsi dan konsep  diri,  pola sensori dan kognitif
b.Pemeriksaan fisik
1)Keadaan umum
2)B1 (Breathing)
Pada pemeriksaan sistem pernapasan, didapatkan bahwa klien fraktur clavicula tidak mengalami kelainan pernapasan.
3)B2(Blood)
Inspeksi tidak ada iktus jantung, palpasi nadi meningkat, iktus teraba,
auskultasi  suara  S1  dan  S2
tunggal, tidak ada murmur.
4)B3(Brain)
Kepala,  leher, wajah,mata, telinga, hidung, mulut dan faring
5)B4 (Bladder)
Kaji urine yang meliputi warna, jumah dan karakteristik urine, termasuk berat jenis urine. Tetapi biasanya tidak mengalami gangguan.
6)B5 (Bowel)
Inspeksi abdomen bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi turgor kulit baik, tidak ada defans muskular dan hepar teraba. Perkusi suara timpani ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.
7)B6 (Bone)
Adanya fraktur kruris  akan mengalami secara lokal, baik fungsi motorik, sensorik maupun peredaran darah
8)Look
Perhatikan adanya pembengkakan yang abnormal dan deformitas.
9)Feel
Kaji adanya nyeri tekan dan krepitasi pada daerah patah.
10)Move
Karena timbul nyeri, gerak menjadi terbatas. Semua bentuk aktivitas klien menjadi berkurang dan klien memerlukan bantuan orang lain.

J.Diagnosa Keperawatan Pre operasi

a.Nyeri akut berhubungan dengan
agen injury fisik ( Herdman, 2009).
Tujuan adalah tingkat kenyamanan   klien meningkat, nyeri terkontrol dengan kriteria hasil klien melaporkan nyeri berkurang dengan skala 2 sampai 3,ekspresi wajah tenang dan klien dapat tidur dan istirahat
Intervensi yaitu
1) Kaji skala nyeri secara komprehensif mulai dari lokasi,karakteristik,frekwensi
2) Observasi  reaksi non  verbal dari ketidaknyaman
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan traksi
5) Kolaborasi  dalam  pemberian analgetik sesuai terapi

b.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan diskontinuitas   jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang, pemasangan  fiksasi  eksternal ( Herdman, 2009).
Tujuan adalah pasien menunjukan tingkat mobilitas optimal dengan  kriterian hasil penampilan seimbang, mempertahankan mobilitas optimal dengan
0 : mandiri penuh
1 : memerlukan alat bantu
2 : memerlukan   bantuan  dari orang   lain,   pengawasan   dan pengajaran
3 : membutuhkan  bantuan  dari orang lain dan alat bantu
4 : ketergantungan penuh

Intervensi yaitu Rencana Tindakan
1) Kaji tingkat kemampuan aktivitas pasien.
2) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dilakukan secara mandiri.
3) Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien.
4) Libatkan keluarga dalam memberikan asuhan kepada pasien.
5) Kolaborasi pemberian analgetik.

C.Cemas berhubungan dengan krisis situasional akan menjalani operasi, status ekonomi, perubahan fungsi peran ( Herdman, T.H, 2009).
Tujuan yaitu rasa cemas terkontrol  dengan  kriteria  hasil secara verbal dapat mendemonstrasikan  teknik menurunkan  cemas,menerima status kesehatan
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga
2) Kaji tingkat kecemasan klien
3) Jelaskan semua prosedur tindakan  kepada  klien  setiap akan melakukan tindakan
4) Berikan kesempatan klien untuk mengungkapan perasaannya

Intra operasi
a.Resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping  terapi  (pembedahan) ( Herdman, 2012).
Tujuan yaitu tidak terjadi perdarahan dengan kriteria hasil TTV dalam batas normal, perdarahan minimal atau berhenti, akral teraba hangat.
Intervensi
1)Observasi TTV seperti suhu, nadi,tekanan darah, pernapasan
2)Monitor tanda-tanda perdarahan
3)Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tranfusi dan cairan parenteral
4)Observasi out put dan  input cairan (balance cairan)
5)Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi

A.Resiko tinggi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan atau interupsi   aliran darah,  cedera  vaskuler langsung, edema, pembentukan trombus  ( Muttaqin, 2012).
Tujuan  yaitu  resiko  tinggi  terhadap neurovaskuler  tidak  terjadi 
Kriteria Hasil
Mempertahankan perfusi jaringan dibuktikan oleh terabanya kulit hangat, sensasi normal, TTV stabil,haluaran urin adekuat
Intervensi
1) Lepaskan perhiasan dari ekstremitas yang sakit
2) Evaluasi adanya kualitas  nadi perifer distal   terhadap cidera melalui palpasi
3) Kaji aliran perifer,warna  kulit pada fraktur
4) Awasi TTV, perhatikan tanda sianosis, pucat, kulit dingin
5) Lakukan  kajian  neuromuskulair, perhatikan adanya   perubahan fungsi motorik atau sensorik

Post operasi
A.Bersihan  jalan  nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret(   Muttaqin, 2012).
Intervensi :
1)Pertahankan jalan nafas
2)Lakukan  penghisapan  lendir bila  perlu, catat  jumlah,  jenis dan karakteristik sekret.
3)Auskultasi suara napas.
4)Observasi warna kulit.
5) Lakukan pengukuran kapasitas vital,  volume  tidal dan kekuatan pernapasan.

B. Nyeri akut berhubungandengan proses  pembedahan(  Muttaqin, 2012).
Tujuan yaitu nyeri berkurang sampai hilang
Kriteria Hasil
Intensitas nyeri 0 -2, ekspresi wajah rileks.
Intervensi
1) Kaji lokasi dan intensitas nyeri
2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit.
3) Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.
4) Observasi TTV tiap 4 jam
5) Kolaborasi  dalam  memberikan terapi analgetik.

Daftar Pustaka

Smeltzer,  Suzanne  C,  2002. Buku Ajar Keperawatan  Medikal Bedah  dari Brunner     & Suddarth,   Edisi   8.   EGC   : Jakarta
Black   M.   Joyce&Jane   H.   Hawks. 2005. Medical Surgical Nursing : Clinical Management    For    Positive Outcome. 7th edition. St Louis : Elseiver Inc
Wilkinson,   J.M,   2007. Buku   Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC  dan  Kriteria  Hasil  NOC, EGC : Jakarta
DONASI VIA PAYPAL Bantu berikan donasi jika artikelnya dirasa bermanfaat. Donasi akan digunakan untuk memperpanjang domain https://www.sekolahstikes.my.id/. Terima kasih.
Postingan Lebih Baru Postingan Lebih Baru Postingan Lama Postingan Lama